Pelakunya sudah tertangkap, namanya agustinus tai. Nama yang unik. Pake TAI. yang menjadi fokus masyarakat kini adalah, ada semacam banyak sekali ditemukan kejanggalan pada kasus kematian angeline ini.
Tidak mungkin hanya Agus yang melakukan. "Saya yakin ini kasus ini adalah sebuah persekongkolan jahat," tegas Sirait.
Margareith diduga terlibat dalam persengkongkolan tersebut. "Pasti ada aktor lain, pasti ada itu," yakinnya.
Untuk itu, polisi harus mampu mengungkap kasus tersebut secara tuntas.
"Artinya, ketika Margareith dilepas karena belum ada alat bukti, ia dapat dipanggil kembali karena masih dalam proses penyelidikan," tegas Sirait.
Ia juga mempertanyakan, bagaimana mungkin para penghuni tidak mengetahui keberadaan jenazah Angeline yang terkubur di sekeliling rumah tersebut.
Sedangkan ia sendiri saat berkunjung ke lokasi rumah tersebut sempat mencium bau busuk.
"Inilah yang harus dijadikan perhatian dari kepolisian," terang dia.
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar juga menilai kasus pembunuhan siswa kelas II SDN 12 Sanur yang diselidiki Polda Bali dan Polresta Denpasar penuh dengan kejanggalan.
Menurut Siti Sapurah, Pendamping hukum P2TP2A Kota Denpasar, kejanggalan yang ada sudah ia cium sehari pasca-pelaporan Angeline menghilang.
Padahal, menurut hasil penyelidikan P2TP2A, petugas kepolisian sudah diberitahu jika Angeline kemungkinan besar sudah meninggal dan dikubur di sekitar rumah ibu angkatnya.
"Kita sejak awal sudah mewawancarai semua penghuni rumah ibu angkat Angeline. Kesimpulan kami Angeline dibunuh dan sudah dikubur di sekitar rumah. Saya sudah sampaikan sejak lama, tapi kenapa tidak ada tindakan sigap dari kepolisian. Apalagi dengan jarak beberapa minggu saja bisa mengetahui bekas galian, nah kalau dicari saat saya melapor apa gundukan tanahnya lebih terlihat jelas?" cetusnya kepada Tribun Bali tadi malam.Kejanggalan lain juga dibeberkan oleh wanita yang dikenal dengan panggilan Ipung ini.
Menurutnya, kejanggalan barang bukti yakni tali korden dan bad cover, juga harus diselidiki dengan benar dan transparan.
"Begini mas, kondisi rumah tertutup dan tidak ada yang bisa keluar masuk dengan mudah. Keberadaan barang bukti tali korden yang mirip dengan korden di kamar Margareith, kamar atau ruang lain tidak ada korden. Satu lagi ada yang menjanggal bad cover warna putih, apakah mungkin Agus pakai bad cover? Agus pembantu loh. Kami yakin itu bad cover bukan sprei biasa, toh aneh kalau Agus pakai sprei putih," ungkap Ipung.
Kepala Sekolah SDN 12 Sanur, Ketut Ruta mengatakan, pihaknya memiliki keyakinan ada peran orang terdekat Angeline dalam kasus tersebut.
Apalagi, pencarian terhadap Angeline di rumah tersebut sempat dihalang-halangi oleh Margareith.
"Kalau tidak terlibat kenapa Ibu Margareith menghalang-halangi polisi waktu ingin melakukan pemeriksaan di rumah itu," tegas Ruta.
Apalagi dari kesaksian wali kelas Angeline diketahui anak hasil adposi itu sempat ditemukan beberapa lebam dan kondisi Angeline yang tidak diurus oleh Margareith.
Beberapa warga yang ditemui di lokasi kejadian saat pra-rekontruksi senada dengan Ruta.
Warga meyakini bahwa Angeline menjadi korban dari pembunuhan beberapa orang terdekat Angeline.
"Saya yakin semuanya di dalam rumah terlibat," teriak Sarkis warga asal Gianyar.
Ia mengatakan, ketika eksekusi pasti ada teriakan dari Angeline.
Sesuatu yang mustahil jika teriakan tersebut tidak didengar oleh ibu angkat Angeline, Margareith.
Ibu kandung Angeline, Hamidah, pun merasa kecewa setelah mendapatkan informasi bahwa Margareith diperbolehkan pulang dan tidak ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian.
"Pembunuhan terjadi di rumahnya, pasti seisi rumah terlibat," keluhnya sembari menangis di RSUP Sanglah, kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, tampak hadir mertua Hamidah, Saniman dan ayah biologis dari Angeline, Rosidiq.
"Saya sangat kecewa setelah mendengar bahwa Margareith dan anak-anaknya diperbolehkannya pulang oleh pihak kepolisian," terang Rosidiq yang sudah setahun lebih pisah ranjang dengan Hamidah.
Rosidiq dan Hamidah tidak bisa menerima perlakukan orangtua angkat anaknya itu yang dinilai memperlakukan Angeline dengan tidak manusiawi hingga menyebabkannya tewas.
Menurut dr Lely Setyawati, psikolog yang sempat memeriksa kejiwaan Margareith selama tiga jam di Polresta Denpasar, Rabu (10/6/2015) malam, ada kelainan dalam diri wanita berumur 50 tahun itu.
"Ya, hasil pemeriksaan memang dia psikopat," kata Lely, kemarin.
Selama pemeriksaan di Polresta Denpasar, Margareith selalu menjawab dengan nada tinggi dan sesekali menangis.
Hingga akhirnya Polresta mendatangkan seorang psikiater.
Artikel yang sangat menarik. Terima kasih infonya.
BalasHapusSaya juga mempunyai link berita terkini yang mungkin bermanfaat.
Silahkan kunjungi Berita Terkini Universitas Gunadarma